Now Reading:

7 Destinasi Wisata ini Terapkan Prioritas Tinggi pada Konsep Sustainability

Klook.com

Mengunjungi kawasan wisata yang menjunjung konsep keberlanjutan (sustainability) bukan berarti hanya mendatangi tempat-tempat yang tak terlacak radar turis karena hidden gem dan hidden paradise tak lagi “tersembunyi”. 

Ada banyak cara mengubah perjalanan menjadi kekuatan yang ampuh untuk berbagai kebaikan pada sumber daya alam dan sumber daya lain di sekitarnya. Konsep keberlanjutan adalah soal kemampuan bertahan dan memberdayakan lingkungan.

Konsep keberlanjutan tak harus diterapkan oleh hotel mewah berlabel ‘destinasi premium’ yang pembangunannya justru melahap lahan hijau atau genosida satwa langka.

Itu sebabnya sebagai pelancong yang bertanggung jawab, beberapa destinasi berikut menawarkan konsep keberlanjutan pada tingkat yang lebih mumpuni dan para pengelola industri wisata yang berkomitmen untuk masa depan pariwisata lokal untuk menjadi lebih baik.

 

1. Arosa, Swiss

Tempat ini memiliki Hotel Valsana, yaitu hotel pertama di Swiss yang pemanasnya menggunakan “ice battery” yaitu sistem pemulihan energi yang menggunakan energi panas yang sebelumnya menghilang begitu saja di udara.

Pedesaan di kawasan Alpen ini juga sudah dilengkapi dengan hotel-hotel yang menyediakan fasilitas pengisian listrik untuk mobil. Tak sampai di situ saja, beberapa tempat di pusat keramaiannya juga sudah punya pengisian listrik untuk mobil dan bisa digunakan secara gratis.

Foto: Pexels

Oleh asosiasi pariwisata setempat, Arosa juga sudah diberi status “Alpine Pearl” yang artinya diakui karena sikap green mobility-nya dan penerapan serangkaian praktik sadar lingkungan. Arosa secara umum memang dirancang untuk mempromosikan dan mendukung aktivitas yang melampaui konsep keberlanjutan pada umumnya.

 

2. Galapagos, Ekuador

Kepulauan Galapagos masih menjadi salah satu destinasi alam yang paling difavoritkan pelancong. Meski begitu, kepulauan terpencil di Ekuador ini tak mudah dikunjungi. Selain transportasi yang harus berganti beberapa kali, mengunjungi tempat ini juga harus melalui izin tertentu dan batas kuota kunjungan yang wajib dipenuhi.

TRENDING:  Destinasi Wisata Alam Paling Memesona di Turki

Pihak Taman Nasional Galapagos kini juga mengizinkan beberapa akomodasi, seperti Pikaia Lodge untuk beroperasi dengan konsep keberlanjutan yang terkurasi secara rinci. Tentu saja ini untuk menjaga kondisi lingkungan Galapagos yang mulai rapuh akibat kunjungan turis.

Foto: Pexels

Pikaia Lodge adalah akomodasi bebas karbon yang terbuat dari baja daur ulang dan campuran batu lava setempat dan memiliki furnitur yang terbuat dari kayu jati. Setidaknya sudah 10.000 benih pohon ditanam di lingkungan akomodasi ini.

Umumnya, para operator perjalanan di sini juga sudah menerapkan langkah-langkah yang lebih ramah pada lingkungan. Namun ada baiknya pelancong untuk datang dalam rombongan kecil untuk meminimalisir dampak pada lingkungan dan satwa langka.

 

3. Pulau Pangulasian, Filipina

Pulau di utara Filipina ini menawarkan sanctuary yang mendukung kelestarian lingkungan, salah satunya adalah dengan menggiatkan para wanita lokal untuk belajar menenun dan hasilnya dijual ke akomodasi setempat dan wisatawan. 

Selain itu ada juga program konservasi alam yang salah satu aktivitasnya adalah bersih-bersih pantai dan perairan sekitar yang diadakan sekali dalam dua bulan. Ada juga program untuk melindungi ikan-ikan dari penangkapan ilegal, program pemasangan Eco Reefs, dan konservasi penyu.

Foto: Pexels

4. Danau Garda, Italia

Danau terbesar di Italia ini juga memiliki resor yang diklaim sebagai salah satu yang paling sustainable di dunia, yaitu Lefay Resort & Spa  yang mengandalkan 60 persen energinya dari energi terbarukan. Atap bangunan resor juga difungsikan untuk vegetasi sehingga bisa mengurangi polusi.

TRENDING:  Liburan Tahun ini: LEGOLAND Malaysia! Ini Alasannya

Layanan spa di resor ini juga merupakan fasilitas spa pertama di Italia yang memperoleh sertifikasi dari Ecocert’s Ecological Spa.

Foto: Pexels

Danau Garda juga dilalui dan terkoneksi dengan jalur kereta api dari Milan sehingga memungkinkan untuk mengunjunginya tanpa harus menggunakan mobil.

 

5. Slovenia

Untuk menegaskan komitmennya pada pariwisata yang ramah dengan alam, Slovenia punya program khusus, yaitu Green Scheme yaitu sebuah program sertifikasi yang mendorong para pemain dalam industri pariwisata seperti hotel, tur operator dan restoran untuk serius menerapkan konsep keberlanjutan dalam operasionalnya.

Foto: Pexels

Programnya cukup ketat, seperti harus ada laporan rutin tiap tahun tentang kinerja ‘hijau’ mereka dan memiliki ‘tim hijau’ yang bertugas untuk memastikan semua konsep sustainability berjalan dengan semestinya. Sebagai gantinya, badan pariwisata nasional akan aktif mempromosikan semua organisasi, lembaga maupun badan usaha yang sudah mendaftarkan diri pada program ini.

 

6. Bhutan

Bhutan sempat menutup diri dari kunjungan pariwisata hingga 1974 sebelum akhirnya dibuka untuk umum oleh Raja Jigme Singye Wangchuck. Sejak itu Bhutan telah menjadi salah satu destinasi wisata global yang paling banyak membuat orang penasaran. 

Namun begitu, bukan berarti pemerintah Bhutan lalu bernafsu mendatangkan turis sebanyak-banyaknya demi devisa.

Hingga saat ini Bhutan tidak melakukan pencaplokan lahan hijau dan genosida satwa langka demi membangun properti mewah atau destinasi super premium.

Foto: Pexels

Memasuki Bhutan bukan perkara mudah. Pelancong harus menggunakan jasa pemandu perjalanan yang telah ditunjuk oleh pemerintah. Selain itu, pemerintah juga menetapkan tarif kunjungan wisata sebesar 250 dolar AS per orang termasuk 37 persen untuk pajak yang akan digunakan untuk membangun infrastruktur dan pendidikan.

TRENDING:  Next Hotel Melbourne Bergabung dengan Curio Collection by Hilton Menjadi yang Pertama di Victoria

Kebijakan ketat ini membuat pariwisata di Bhutan sangat terkendali dan masyarakat setempat tidak terkena dampak buruknya serta tetap lestari menjaga alam dan budayanya.

 

7. Hutan Raukumara, Selandia Baru

Selandia Baru sangat menghormati hubungan adat dengan warga asli, Maori. Salah satunya bisa disaksikan di hutan Raukumara di Pantai Timur Eastern Island dimana hubungan erat antarmasyarakat adat sangat erat terjalin.

Pelestari alam Graeme Atkins dibesarkan di Tairāwhiti, sebagai bagian dari suku Ngāti Porou, yang bersama dengan suku Te Whānau-ā-Apanui telah lama memiliki hubungan kuat di daerah ini yang kemudian dijadikan salah satu daya tarik wisata setempat.

Foto: Department of Conservation, New Zealand

Hubungan adat yang hangat ini telah memenangkan pendanaan sebesar 34 juta dolar Selandia Baru untuk investasi dan konservasi kelestarian hutan dan perlindungan spesies langka dan sama sekali bukan untuk pembangunan hotel mewah dan pusat belanja yang megah.

POPULAR

Share This Articles
Klook.com