Now Reading:

Hanbok, Bicara Lewat Warna


Pakaian tradisional Korea Selatan, Hanbok punya cerita yang penuh warna-warni sama seperti warna pakaiannya sendiri. Sampai kira-kira seabad yang lalu, Hanbok dipakai setiap hari oleh orang Korea dan sampai kini masih menjadi kebanggaan dan jati diri mereka meski orang Korea Selatan kini lebih suka tampil modern.


Travelers’ Choice: 9 Festival Seru di Gangwon, Korea Selatan


Bebas bergerak
Hanbok tercipta di era Kerajaan Goguryeo (37 SM-668 M) dengan rancangan yang terdiri dari tiga bagian utama, yaitu jeogori (jaket), baji (celana), dan chima (rok). Awalnya, Hanbok yang terinspirasi dari kehidupan nomaden di Asia Utara ini dirancang agar pemakainya mudah bergerak dengan leluasa.

Hanbok dikategorikan menjadi pakaian pesta dan pakaian sehari-hari. Lalu ada juga pembagian berdasarkan jenis kelamin dan umur pemakainya, serta musim yang sedang berlaku. Tapi desain Hanbok sebetulnya mengacu pada kesukaan orang Korea akan sesuatu yang alami, keinginan akan berkah supranatural dan gaya pakaian ala Konfusian.

View this post on Instagram

A post shared by 한복 예술녀 (@hanbok89) on


Penuh makna
Layaknya pakaian tradisional orang Asia, Hanbok juga punya makna khusus yang diwakili oleh desain dan warna-warna cerahnya.

TRENDING:  Dulu Sepi, 5 Jalanan ini Sekarang Jadi Incaran Turis di Korea

Desainnya yang didominasi garis-garis dan sudut yang halus terinspirasi dari atap Hanok, rumah tradisional Korea yang masih bisa disaksikan hingga kini. Atap Hanok sendiri dibangun dengan beberapa prinsip, yaitu keseimbangan baerae dengan bentuk melengkung (bawah lengan jaket Hanbok), sudut tajam dari dongjeong (garis putih pada kerah jaket) yang melambangkan keanggunan dan kelembutan.


Travelers’ Choice: Bikin Penasaran, ini 7 Kafe Bertema Unik di Seoul


Hanbok juga tampil dengan warna cerah yang sesuai dengan lima elemen yin dan yang, yaitu putih (logam), merah (api), biru (kayu), hitam (air) dan kuning (bumi).

View this post on Instagram

A post shared by 해리?LIA P. (@haeri_lia) on

Warna-warna Hanbok juga mewakili status sosial, usia dan status perkawinan pemakainya. Warna cerah biasanya lazim dipakai oleh anak-anak dan kaum wanita. Sementara warna yang gelap biasanya dipakai oleh lansia. Wanita yang belum menikah juga sering mengenakan jeogori kuning dan chima merah. Untuk wanita menikah dan belum punya anak, biasanya mengenakan warna-warna hijau dan merah. Sementara yang sudah punya anak mengenakan warna biru laut.


Advertisement


Si kaya dan si miskin
Secara sosial, warna pakaian juga memberdakan kelas di masyarakat. Warga jelata biasanya memakai pakaian yang didominasi warna putih sedangkan orang kaya mengenakan yang berwarna-warni. Namun untuk upacara-upacara keagamaan, rakyat jelata boleh mengenakan warna lain tapi dengan nuansa yang pucat.

TRENDING:  7 'Untold Story' K-Pop yang Jarang Diketahui Publik

Bahan yang digunakan pun berbeda. Orang kaya biasanya mengenakan Hanbok berbahan kain rami yang dirajut sangat rapih, bahan ringan berkualitas tinggi untuk musim panas dan sutra polos saat memasuki musim dingin di akhir tahun. Sementara rakyat jelata hanya mengandalkan bahan kapas sepanjang tahun.

Pada baju pengantin, motif sulaman juga peuh makna. Motif peony, misalnya, menggambarkan keinginan akan kehormatan dan kekayaan, bunga teratai melambangkan harapan dan kelelawar serta delima melambangkan keinginan untuk punya momongan. Sementara motif naga dan harimau biasanya digunakan untuk keluarga Kerajaan.

View this post on Instagram

A post shared by Period Drama/Multifandom ~ Lu (@ohmyperioddrama) on


Terganti namun tak mati
Abad 19 adalah masa dimana Hanbok mulai tergantikan oleh pakaian ala Barat yang diimpor pedagang. Kalau saat ini orang Korea lebih suka menggunakan pakaian kasual ala Barat untuk aktivitas sehari-hari, bukan berarti telah hilang tergerus zaman. Untuk upacara adat dan perayaan keagamaan, Hanbok masih wajib digunakan.

TRENDING:  Samsung Galaxy S20 Edisi BTS, Incaran ARMY Indonesia

Hanbok sudah berkiprah selama lebih dari 1.600 tahun di Korea dan masih terus berkembang sebagai salah satu tren fashion, tak hanya di Korea Selatan, tapi juga global.

Banyak desainer muda yang kini menghidupi kembali tren memakai Hanbok dengan pola-pola yang lebih kasual namun tetap melestarikan budaya leluhur. Hasilnya, Hanbok kini tak hanya sekadar suvenir atau ornamen dan disewakan untuk turis berfoto di situs wisata, tapi juga sudah melenggang di catwalk pusat-pusat mode dunia, seperti Paris dan New York.

Gambar utama oleh StockSnap dari Pixabay

POPULAR

Share This Articles
Input your search keywords and press Enter.