Langit biru bersih terbentang luas saat kami memulai langkah pertama dari Smiths Beach, untuk menyusuri jalur ikonik Cape to Cape Track di Margaret River, Australia Barat. Ditemani semilir angin musim dingin yang sejuk dan sinar matahari sore yang hangat, hari itu terasa seperti sebuah undangan alam untuk melangkah lebih jauh dan lebih dalam ke jantung kawasan Margaret River yang eksotis. Cape to Cape Track memang bukan sekadar lintasan hiking. Jalur yang aslinya sepanjang 123 kilometer membentang dari Cape Naturaliste hingga Cape Leeuwin ini adalah semacam perpustakaan terbuka, tempat di mana tebing batu bercerita, semak liar berbisik, dan laut membentangkan kisahnya dalam deburan ombak. Foto: Yudasmoro Hari itu, kami memang tak menjalani rute panjang tersebut sepenuhnya. Bersama pemandu lokal yang sudah mengenal setiap jengkal jalur ini seperti halaman rumahnya sendiri, kami menapaki segmen menawan dari Smiths Beach ke Canal Rocks. Sebuah rute yang walau singkat, tapi menawarkan keindahan yang padat dan penuh cerita. Kami mengawali treking dari pantai berpasir lembut yang minim turis. Selain lembut di kaki, pasirnya juga bersih, bebas dari tebaran sampah. Sembari melangkahkan kaki, pemandu kami memulai kisahnya dengan sejarah kawasan yang terhubung dengan ritual suku Aborigin di masa lalu. Bentangan pasir pantai kemudian berganti jalanan aspal seukuran lebar mobil. Ya, kami berganti jalur ke sebuah jalan sunyi yang mengarah ke perbukitan bebatuan di sisi kiri. Sambil melenggang, pemandu kami menjelaskan tentang kekayaan flora yang dulu jadi andalan suku Aborigin di tempat ini. Foto: Yudasmoro Hampir setengah jam kemudian, treking sesungguhnya dimulai. Kami mulai memasuki jalur berbukit yang kadang diselingi bebatuan. Sesekali saya harus melompat kecil antar bebatuan untuk melangkah. Di sini, kondisi fisik mulai diuji bersamaan dengan kejelian mata untuk mengamati jalur yang kian “off-road!“ Kami berhenti sejenak di sebuah celah bebatuan besar untuk istirahat dan berfoto. Tentu saja, karena momen dan pemandangan di sini yang begitu memukau! Tak lama setelah memulai perjalanan lagi, kami berhenti di sebuah spot tersembunyi yang kini tengah naik daun, yaitu The Aquarium. Sebuah kolam alami berair jernih yang terlindungi formasi batuan, menjadikannya tempat yang sempurna untuk bersantai sejenak, menikmati camilan ringan sambil mengagumi kontras warna antara batu, air, dan langit yang jernih. Pemandu kami, kembali berbagi kisah tentang bagaimana nenek moyang suku Aborigin dulu membaca angin, meramu tanaman obat dari kekayaan flora lokal, dan menghormati setiap makhluk yang hidup di tanah ini. “Semuanya punya peran dalam ekosistem dan kepercayaan mereka,” jelasnya. Foto: Media Trip Tourism Western Australia Cuaca cerah membuat perjalanan terasa lebih ringan, bahkan ketika jalur menanjak ringan menuju Canal Rocks. Di sinilah puncak pengalaman kami hari itu: formasi batu raksasa yang dihantam ombak Samudra Hindia, membentuk kanal-kanal alami yang menjadi saksi kekuatan dan keindahan alam Australia Barat. Di ujung jalur, kami bersantai dan berfoto sejenak menikmati panorama dan membiarkan angin laut membawa pergi kelelahan. Ada semacam rasa syukur yang tumbuh pelan-pelan, rasa terhubung pada alam, sejarah, dan pada budaya yang hidup jauh sebelum jejak kaki modern menginjakkan langkahnya. Cape to Cape Track bukan hanya tentang petualangan fisik. Ia adalah perjalanan spiritual, sejarah, dan kesadaran. Di musim dingin yang sejuk dan bersahabat, jalur ini menjadi tempat ideal untuk merenung, belajar, dan tentu saja mengagumi. Tips Singkat untuk Menjelajahi Cape to Cape Track: Waktu terbaik: Musim semi (September–November) dan musim gugur (Maret–Mei), namun musim dingin pun (Juni-Juli) menyimpan pesonanya. Pakaian: Lapisi pakaian untuk mengantisipasi perubahan suhu. Jangan lupa jaket tahan angin. Bawa: Air minum, camilan, dan kamera. Etika: Hormati alam dan situs budaya Aborigin. Jangan tinggalkan jejak selain langkah kaki. Wajib Coba: Naik Becak Keliling Perth! POPULARSemua Jadi Seru! 5 Petualangan Keluarga di Singapura93Bayangkan sebuah liburan keluarga di mana tawa anak-anak berpadu dengan panorama kota modern, di mana setiap sudut menawarkan kejutan, dan…Petualangan Seru di Ningaloo Reefs, Australia Barat91Australia Barat punya banyak surga tersembunyi bagi para petualang, dan Ningaloo Reef adalah salah satu yang paling spektakuler. Terumbu karang…Destinasi Muslim-Friendly di Selandia Baru: dari Adventure Hingga Kulineran91Membayangkan udara sejuk dari pegunungan, aroma khas danau yang jernih, serta momen kebersamaan keluarga di tengah bentang alam yang dramatis,… Share This Articles Share this article
Scoot Kenalkan KrisFlyer Award Chart Baru, Perjalanan Jadi Lebih Hemat by Febriyanti Salim 15, August, 2025
Perluas Jaringan, Scoot Kini Menyapa Chiang Rai, Okinawa dan Tokyo by Yudasmoro Minasiani 12, August, 2025
Saudia Kenalkan Fitur Pembayaran Baru, Traveling jadi Lebih Fleksibel by Febriyanti Salim 30, July, 2025
“Hong Kong Summer Viva”, Selebrasi Musim Panas Penuh Petualangan di Hong Kong by Febriyanti Salim 14, July, 2025
Menanti Pengalaman Slow Living di Atas Rel ala The Brittanic Explorer by Yudasmoro Minasiani 8, July, 2025
Desain Sustainable Sebagai Masa Depan Pariwisata Global by Yudasmoro Minasiani 5, March, 2022 Dunia pariwisata memasuki babak baru dimana dampak bagi lingkungan kini menjadi pertimbangan dalam...
Scoot Kenalkan KrisFlyer Award Chart Baru, Perjalanan Jadi Lebih Hemat by Febriyanti Salim 15, August, 2025 Scoot resmi meluncurkan KrisFlyer Award Chart terbarunya. Bagi para anggota KrisFlyer, ini...
SIRO, Hotel Bertema Fitness Pertama di Dunia Hadir di Dubai by Yudasmoro Minasiani 14, August, 2025 SIRO, hotel bertema fitness dan recovery pertama di dunia kini berdiri megah di...
Plataran Gaungkan “The Home of Next Level Indonesian Hospitality” by Yudasmoro Minasiani 13, August, 2025 Agustus 2025 menjadi momen istimewa bagi bangsa ini. Delapan dekade sudah Indonesia merdeka,...