Now Reading:

Wisata Mangrove di Budeng, Bali: Sebuah Ekowisata Berbasis Tradisi

Klook.com

Wisata Mangrove di Bali – Begitu menginjakkan kaki di Desa Budeng, Jembrana, Bali, saya merasakan kedekatan yang dalam dengan alam dan tradisi yang hidup di setiap sudut desa ini. Ada sesuatu yang magis ketika menyaksikan masyarakat desa yang masih erat memegang adat istiadat dan kepercayaan Hindu Bali, di mana gotong-royong atau “ngayah” masih menjadi napas kehidupan mereka. Tradisi ini bukan sekadar kenangan masa lalu, melainkan bagian dari keseharian yang begitu hidup, baik dalam kegiatan sosial maupun ritual keagamaan.

Yang paling mencuri perhatian saya adalah kawasan mangrove seluas 89,39 hektar yang tersebar di Desa Budeng. Dari total luas tersebut, sekitar 25 hektar dikelola secara cermat oleh Kelompok Tani Hutan (KTH) Wana Mertha. Mereka telah mulai menanam mangrove sejak 2007, dan pada 2011, pengelolaan penuh kawasan ini benar-benar dimulai. Rasanya seperti menyusuri sebuah ekosistem yang terjaga dengan baik, sebuah oase alami yang menenangkan jiwa.

Warung Mangrove

Putu Madiasa, Ketua KTH Wana Mertha, berbagi kisahnya dengan semangat yang tak bisa ditampik. “Kami mengelola kawasan mangrove ini dengan tiga fokus utama: ekowisata, hasil hutan bukan kayu (HHBK), dan silvofishery,” ujarnya saat saya bertanya tentang peran KTH di desa ini. Tak hanya tentang kelestarian mangrove, tapi juga bagaimana hutan ini menjadi sumber penghidupan dan inspirasi bagi masyarakat setempat. Salah satu inovasi mereka yang paling menarik perhatian saya adalah Warung Mangrove, didirikan pada 2021. Tempat ini menawarkan pengalaman kuliner yang tak biasa—menyantap hidangan dengan latar pemandangan hutan mangrove yang begitu asri. Di sini, menu-menu yang dihidangkan berasal dari hasil tangkapan masyarakat setempat yang kemudian diolah oleh kelompok perempuan desa.

wisata mangrove di bali

Warung Mangrove (Foto: Pesisir Lestari)

Dalam upaya memperluas manfaat ekowisata, Pesisir Lestari bersama KTH Wana Mertha juga melakukan analisis usaha yang mendalam untuk memastikan segala aktivitas di sini berkelanjutan. Pendekatan community-led development ini bertujuan mewujudkan impian masyarakat Budeng untuk melestarikan kawasan mangrove sambil mengedukasi pengunjung tentang pentingnya menjaga ekosistem.

TRENDING:  Liberta Hotel Jimbaran Hadirkan Konsep Lifestyle Hospitality

Warung Mangrove bukan hanya sekadar tempat makan. Di sinilah KTH memasarkan produk-produk andalannya seperti Teh Donju, Kripik Mangrove, dan Pil Mangrove. Produk-produk ini masih diproduksi dalam skala rumah tangga, tetapi membawa dampak besar bagi ekonomi masyarakat. Saya mencicipi kripik mangrove yang renyah dan unik, terbuat dari daun dan buah mangrove yang dipetik langsung dari sekitar.

TRENDING:  MESA, Klub Baru Bergaya Aztec di Canggu

Bukan Sebuah Utopia

Saat saya berkeliling, saya juga melihat bagaimana kawasan mangrove ini menjadi rumah bagi beragam biota laut seperti ikan, udang, kepiting, dan kerang. Masyarakat Desa Budeng dan sekitarnya kerap datang untuk menangkap biota-biota ini, baik untuk konsumsi sendiri maupun untuk dijual. Bahkan, Warung Mangrove pun turut memanfaatkan hasil tangkapan ini untuk melengkapi menu mereka, menciptakan siklus ekonomi yang harmonis antara alam dan manusia.

wisata mangrove di bali

Pohon mangrove di Desa Budeng (Foto: Pesisir Lestari)

“Dengan adanya hutan mangrove, kami merasa lebih terlindungi secara ekonomi dan ekologi,” kata Kadek Sudiarsa, Sekretaris KTH Wana Mertha, ketika saya bertanya tentang manfaat langsung dari pengelolaan mangrove ini. Saya bisa merasakan kehangatan dan kebanggaan dalam kata-katanya—sebuah bukti nyata bahwa pelestarian lingkungan tak hanya soal menjaga alam, tapi juga membangun kehidupan yang berkelanjutan.

TRENDING:  Hilton Buka Hotel Baru di Ungasan: Umana Bali

Langkah lebih lanjut sedang diambil untuk mendapatkan status Hutan Desa dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Melalui advokasi yang dilakukan Pesisir Lestari, status ini akan memberi masyarakat hak penuh atas pengelolaan hutan, memastikan tradisi dan ekologi bisa terus hidup dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Desa Budeng mengajarkan saya bahwa harmoni antara manusia dan alam bukanlah utopia—ia nyata, hidup, dan berkembang di sini. Sebuah perjalanan yang tak hanya memanjakan mata, tetapi juga membangkitkan kesadaran bahwa kita semua punya peran dalam menjaga bumi ini untuk generasi masa depan.

POPULAR

Share This Articles
Klook.com