Klook.com Welcome to Obuse! Tulis sebuah brosur yang saya baca dalam perjalanan dari Nagano. Kota kecil di Prefektur Nagano ini memang jarang terdengar gaungnya. Saya pun tak akrab dengan namanya. Tapi Obuse adalah salah satu harta karun Jepang. Traveler’s Choice: Menikmati Onsen di Jepang? Ini Aturannya Obuse adalah rumah dari seniman legendaris Jepang, Katshusika Hokusai pelukis The Great Wave of Kanagawa (Kanagawa Oki Nami Ura) yang karya-karyanya bisa ditemui di Museum Hokusai. Saya membayangkan sebuah museum megah dengan pilar menjulang dan lobi yang lapang. Tapi ternyata dugaan saya salah. Menuju ke museum saya harus jalan kaki melewati sebuah kompleks perumahan dan gang sempit. Meski Hokusai adalah seniman besar yang pernah tercantum dalam sejarah Jepang dan diakui dunia, tapi bangunan museumnya lebih menyerupai rumah pribadi. Tidak besar, hanya terdiri dari satu lantai dan tanpa pagar. Pintu masuknya mirip pintu rumah pribadi. Selalu tertutup dan hanya terdiri dari satu daun pintu. View this post on Instagram The Great Wave of Kanagawa A post shared by Katsushika Hokusai (@k.hokusai) on Apr 13, 2015 at 2:04am PDT Hokusai si pemahat Katsushika Hokusai lahir di Tokyo pada 1760. Ia adalah seorang seniman multi talenta. Selain diakui sebagai pelukis dan pemahat, Hokusai juga menguasai seni grafis dengan teknik Ukiyo-e, yaitu seni melukis dengan mencungkil kayu. Sebetulnya Ukiyo dalam literatur Jepang berarti ‘zaman sekarang’ dan akhiran ‘e’ berarti lukisan atau gambar. Pengertian umumnya, Ukiyo-e diartikan sebagai lukisan yang menggambarkan kehidupan sehari-hari. TRENDING: Ini 4 Makanan Jepang untuk Setiap Musim, Wajib Coba!The Great Wave of Kanagawa dibuat pada 1823 hingga 1829 sebagai rangkaian dari seni cetakan balok kayu berjudul Fugaku Sanju-roku Kei atau ’36 Pemandangan Gunung Fuji’. Sampai sekarang The Great Wave of Kanagawa adalah salah satu karya seni paling ikonik di dunia. Editor’s Choice: Traveling ke Tokyo, Sempatkan Mampir di 5 Pasar Tradisional ini Monster laut dan Gunung Fuji The Great Wave of Kanagawa menggambarkan sebuah ombak besar seperti monster laut yang sedang mengamuk dan ingin menghancurkan kapal-kapal di sekitarnya. Kesan ini diperkuat dengan ujung ombak yang digambarkan seperti puluhan cakar yang mengerikan oleh Hokusai. TRENDING: Phantom Orchid, Dedikasi Rolls-Royce untuk SingapuraLukisan ini menggambarkan dua elemen. Selain ombak yang mencekam, di kejauhan tampak Gunung Fuji. Tak hanya soal perspektif, penampakan Gunung Fuji yang jauh adalah simbol dari ketidakpastian kehidupan. Gunung Fuji juga menyimbolkan keheningan dan tempat sakral yang sangat penting bagi kepercayaan warga Jepang. Untuk mengecat warna biru pada lukisan, Hokusai menggunakan Prussian Blue yang saat itu adalah bahan cat lukis yang langka dan harus diimpor dari Inggris dan dikirim melalui China. Hokusai yang mendunia Dimulai di abad 17, Jepang sempat menutup diri dari berbagai budaya luar yang masuk terutama budaya Barat. Namun justru di masa inilah Hokusai mampu melahirkan karya yang autentik dan dikagumi dunia. Jocelyn Bouquillard, kurator seni dari Bibliothèque Nationale de France, menguraikan banyak hal tentang lukisan ini dalam bukunya Hokusai’s Mount Fuji: The Complete Views in Colour. Buku ini mengupas tuntas teknik, lanskap, dan proses pembuatannya oleh Hokusai dan bagaimana seniman ini mulai dikenal di Jepang dan diakui dunia Barat. TRENDING: Ini 4 Makanan Jepang untuk Setiap Musim, Wajib Coba!Edmond De Goncourt, penulis buku Hokusai (2009) bahkan menjelaskan bagaimana The Great Wave of Kanagawa bisa mempengaruhi para seniman Eropa. Percaya atau tidak, lukisan ini juga memberikan inspirasi bagi seniman legendaris Belanda Vincent van Gogh dan komposer Prancis Claude Debussy. Gambar utama oleh WikiImages dari Pixabay POPULARBar Baru di Jantung Tokyo, Dilengkapi Rooftop dan Balkon dengan View Tokyo Tower52Tokyo Confidential - Distrik Azabujuban di Tokyo menyambut kehadiran sebuah bar baru, Tokyo Confidential. Mengambil inspirasi dari pesta rumahan yang…Ini 4 Makanan Jepang untuk Setiap Musim, Wajib Coba!50Jepang mempunyai empat musim yang khas, yakni musim panas, semi, gugur, dan dingin. Setiap musim diwarnai karakteristik yang tertanam dalam… TAGS :jepang seni Share This Articles Share this article
Skechers Football Resmi Masuk Indonesia, Sepatu Bola yang Digunakan Harry Kane by Yudasmoro Minasiani 27, March, 2025
Menantikan Ducati XDiavel V4, Sport Cruiser Elegan Bermesin Garang by Yudasmoro Minasiani 26, March, 2025
Limited Edition Ducati Resmi Dikenalkan: Tricolore Italia! Cuma ada 163 Unit by Yudasmoro Minasiani 24, March, 2025
Sambut Musim Semi, Calvin Klein Gandeng Cha Eun-Woo untuk Inspirasi Kampanye Liburan by Febriyanti Salim 13, March, 2025
Keajaiban Kamera di Ponsel Huawei Mate X6, Traveller Wajib Punya by Yudasmoro Minasiani 12, March, 2025
Touring Lintasi 8 Negara Eropa, Ducati Buktikan Ketangguhan Multistrada V4 Rally by Yudasmoro Minasiani 7, March, 2025
Desain Sustainable Sebagai Masa Depan Pariwisata Global by Yudasmoro Minasiani 5, March, 2022 Dunia pariwisata memasuki babak baru dimana dampak bagi lingkungan kini menjadi pertimbangan dalam...
Alasan Terbang dengan Saudia untuk Liburan Kali ini by Febriyanti Salim 27, March, 2025 Saat merencanakan liburan, memilih maskapai yang tepat bisa membuat perjalanan kamu jauh...
Mona Liem Kini Kurator di Art & Bali, Nuanu Creative City by Yudasmoro Minasiani 27, March, 2025 Bali bersiap menjadi pusat gravitasi baru dalam dunia seni kontemporer dengan hadirnya Art...
Skechers Football Resmi Masuk Indonesia, Sepatu Bola yang Digunakan Harry Kane by Yudasmoro Minasiani 27, March, 2025 Di dunia olahraga, sepatu bukan sekadar perlengkapan, ia adalah bagian dari evolusi atlet,...